Didirikan dan beroperasi berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, akan mengembangkan, membangun, memiliki, mengoperasikan dan mengelola Smelter Grade Alumina Refinery (Proyek SGAR).
Pada tahap pertama produksi Aluminium Bauksit diolah, menghancurkan Bauksit dan memurnikannya menggunakan Proses Bayer menjadi Alumina, atau Aluminium oksida Al2O3. Dalam Proses Bayer, Bauksit dicuci dalam larutan panas natrium hidroksida, yang melepaskan aluminium dari Bauksit. Alumina berbentuk bubuk putih kemudian diolah menjadi Aluminium di pabrik peleburan Aluminium menggunakan reduksi elektrolitik. Proses Bayer ditemukan pada tahun 1887 oleh Carl Josef Bayer. Ahli kimia Austria berusaha mengembangkan metode untuk memasok Alumina ke industri tekstil (untuk digunakan sebagai mordan, suatu zat yang digabungkan dengan pewarna dan dengan demikian menentukan warna suatu bahan). Proses Bayer menjadi penting dalam industri produksi aluminium ketika dikombinasikan dengan proses elektrolitik Hall–Héroult. Dengan gabungan kedua proses tersebut, bijih bauksit dapat diolah menjadi Alumina, yang kemudian diubah menjadi aluminium. Saat ini, proses Bayer hampir tidak berubah dan digunakan untuk memproduksi hampir seluruh pasokan Alumina dunia, sebagai langkah perantara dalam produksi aluminium. Tahapan prosesnya adalah penggilingan, desilikasi, pencernaan, klarifikasi/pengendapan, pengendapan, penguapan, klasifikasi, dan terakhir kalsinasi.